- Di istana hatimu, aku sang penjaga pintu. Meski tanpa belati aku mampu membunuh sepi yang berniat melukai.
- Kadang matamu sanggup runtuhkan kekang rindu, entah pada siapa senyummu ber-guru.
- Ratusan hari buatku menua, ribuan kehidupan buatku membeku. Aku di sini tanpamu, tapi kau masih di kesunyian pikiranku.
- Jarum jam mereguk pahit sendiri. Gugur berganti semi, akhirnya ia menepi, setelah tersadar daun gugurnya takkan kembali.
- Syairmu, kekasih. Tak sanggup kuraba rimanya. Sebab tiap baitnya meneteskan airmata yang mengema.
- Lihatlah, perempuan renta memeluk sunyi di sudut langit. Mengepak rembulan sebelum pagi datang menjelang.
- Di kantung mataku tersimpan segala kesedihan: Kamu, orang yang memelihara airmataku.
- Cintailah aku cinta, sebagaimana mukenahmu yang tak pernah luput memeluk sajadah.
- Kusapu daun-daun cinta di taman kesepian. Setiap hari aku coba membersihkan, setiap detik pohon menjatuhkan.
- Ku lukis pelangi di matamu setelah hujan, agar langitmu menjadi indah, dan berharap ada kebahagiaan setelah kesedihan.
- Seperti wanita, cinta adalah mereka, serupa liuk tubuh dan senyumannya, itulah seindah-indahnya surga.
- Biarlah ku simpan rindu sendiri, berserah aku berkawan sepi, meski tak sampai padamu, tetap ku detakkan dalam hatiku.
- Hujan telah usai, namun mendung tak juga pergi. Seperti juga senyuman yg menahan duka di sela-sela air mata.
- Hanya dengan puisi, aku bebas mencurahkan segala isi dalam hati, sebab di dekatmu, kehilangan selalu membuatku ketakutan.
- Sedemikian kecilkah kemungkinan itu, sehingga cinta memilih bungkam, mengunci rapat-rapat perasaan dari pintu kenyataan.
- Adakah yang lebih tegar dari sebuah keihklasan, ketika peluk kehilangan tangan, airmataku selalu jatuh bercucuran.
- Dan dia pulang ditengah kegelapan. Jam berhenti berdetak, dan maut; terbunuh kesedihannya.
- Melumat habis semua aksara, sejerumput kenangan merimbun di kepala, airmataku jatuh menggapai kita.
- Cakrawala biru membentang, samudra luas bergelombang, se-garis menyatu walau jauh terpisah jarak dan waktu. Itulah kau dan aku.
- Cinta, sekuat ingatan kumelupakan, sederas hujan kau membasahiku dengan kenangan
- Tubuh kita berjauhan, hati kita tidak sepasang. Maka puisi di ciptakan sebagai jembatan, kita berdua telah di pertemukan.
- Kau memilih pagi yang cerah untuk berpisah. Nanti akan terkenang pada hujan yang paling basah.
- Ketika pagi mulai meninggi, ajari aku mengecup keningmu. Agar kelak bias cahayanya mengingatkanku pada hangatnya kecupanmu.
- Sehelai kelopak jatuh dari mahkota. Setelah satu dasawarsa, sang kupu-kupu tak jua datang mengecupnya.
- Ada masanya, ketika kita buka hati masing masing dan mulai bertanya tanya. Kiranya risalah rindu akan selalu rahasia.
- Kelak kubawa terbang kau kesana, melihat surga menapaki jembatan-jembatan cinta yang terbuat dari doa-doa kita di dunia.
- Akan aku selamatkan hatimu, jika dengan itu, kau sematkan cinta. *di dadaku.
- Lalu kau biarkan aku memungut sisa hatiku sendiri. Yang di sebelum kau pergi, kau bunuh dengan puisi.
- Semendung hati merindukan, senandung ini ku lantunkan, rintik wajahmu kekasih, ketukan hati bagi yang kupilih.
- Malam berkisah, tentang rindu yang kian resah. Sebab ada gundah yang membuat semua penantian jadi tak indah.
- Kututupi pedih lewat tawa yang berderai. Kau penyimpan sedih yang pandai, kini pemilik air mata yang menganak sungai.
- Sebab, kedua matamu ialah jurang tempat airmataku diciptakan, tempat kuselami kesedihanmu lebih dalam.
- Hujan kekal di pelukanmu, entah apa yang kau rapal dengan syahdu. Aku dan gigilku sedang berjibaku di sela kekal pelukanmu.
- Aku ingin mencintaimu, lebih tenang dari tidur, lebih pagi dari embun.
- Aku terbiasa mencintaimu, sebagaimana aku membiasakan diri, merawat jantungku.
- Di segala tentang di segala waktu, aku boleh lupa segalanya, selain melupakanmu.
- Tentang kehilangan, aku yang takdir langit, melukis tiap warna kesedihan sebagai pelangi yang belum sempurna.
- Di kedua matamu mengalir sungai mencari muara, menggenangi wajah lalu hati menjadi samudera. Aku membuat perahu menuju hatimu.
- Kerana cinta tak hanya kisah bahagia namun juga luka, maka saat jatuh cinta kau harus rela menjadi obat untuk kesembuhannya.
- Percuma kau jatuhkan cintamu yang hujan. Aku telah berteduh di bawah payung kesayangan.
- Bangku taman beku, jutaan butir salju lahir dari matamu. Entah kapan, rindu mencair menunggu kamu.
- Kau menulis puisi dengan berlinang air mata. Kata-kata membakar diri di dalamnya, dan seorang penyair; tiada.
- Dan kau pulang. Melewati jalan-jalan yang dilupakan ingatan. Jam berdetak, menghalau maut dari pundakmu; di perjalananmu.
- Dengan cara melepasmu, mungkin akan membuatmu tahu. Bahwa aku yg sebenarnya kamu cintai, tapi kamu selalu malas mengakui.
- Aku ingin kamu tak hanya sebatas mimpi di malam ini, tapi aku menginginkanmu sampai kumati.
- Tinggi rendahnya kursi selalu di sesuaikan dengan meja; aku tak mengerti soal kasta yg kutahu semua terlihat sama dimata cinta.
- Beri aku kepedihan, namun jangan bungkam aku dengan perpisahan. Kehilangan, adalah kata yang tak bisa kuterima.
- Sebab aku tak ingin salah menaruh hati, maaf bila aku banyak memilih, bagiku sudah merasakan perih.
- Bukan rindu jika tanpa perpisahan, melainkan cinta dan doa yang menjumpaimu kala kau larut dalam kesedihan.
- Dalam sebuah laci, kenangan kususun rapi. Aku selalu menengokinya, terkadang dengan tawa, terkadang dengan airmata.
- Sejak kau tak lagi menyapa. Pagi, tak lagi ku nikmati aroma kamu, yang mengendap di cangkir kopiku.
- Seringkali, rintik hujan dipipi adalah ketabahan. Pada cinta kerap melukai dengan cara yang tidak dimengerti.
- Pada cangkir kopi kukecup sepi, sekedar menangkal nyeri. Untuk cinta yang tak kunjung henti melukai.
- Di dadaku, kau lantun getirkan bait-bait rindu, ini pedih tanpamu, cinta perih melandaku.
- Dan maafkan aku, yang lebih mencintai sebuah bayangan semu. Karena ada mu, bukan tercipta satu dari tulang rusukku.
- Tanyakan pada hatimu sebelum ingin bersamaku tentang seberapa tabah ia dengan gelisah, karena cintaku; sayap sayup pasrah.
- Berdebar jantungku menghela, nafas resah berkalut di hati, kau serupa senja yg tak termiliki, sejenak datang berlalu pergi.
- Sejak cinta merebut, dan rindu membuatku hanyut, sajak-sajak serasa patah, aku tersentak kalah.
- Maka biarkanlah aku mencintaimu dalam diam, jika bagimu memiliki adalah sesuatu yang berlebihan.
- Awan, ajari kami keihklasan seperti caramu menjatuhkan hujan, tiada sesal dan kepedihan atas semua garis Tuhan.
Selasa, 21 Januari 2014
Ketika Jari Jemari Menari.
Langganan:
Postingan (Atom)