Jumat, 08 November 2013

Sajak Nakal ( Episode 6 )

  • Dan akan entah kapan, pagimu menjelma kertas kosong yang bersiap kulukisakan dengan pena pelukan.
  • Akulah yang bisa memahami keluhmu, sementara engkaulah yang bisa menjelaskan detakku.
  • Ada yang dikabarkan senja selain keindahan, sebuah tubuh yang gigil meminta pelukanmu untuk menyambut malam.
  • Di sudut berbeda dengan apotik yang sama, kita masing-masing memesan pelukan, untuk saling menyembunyikan duka dan saling mengobati luka.
  • Pun kalau isyarat rindumu adalah doa, maka tetaplah mendoa meski engkau tak lagi merindu.
  • Benar bahwa takdir selalu menanda tanya perjumpaan, tapi segala kepastian didapatkan dari sebuah perjuangan.
  • Kadang kusamarkan airmata sebagai isyarat pertemuan yang menumpuk segala rindu.
  • Kita tak pernah benar-benar pandai melupa, hanya membiasakan diri tak biasa dengan kebiasaan seperti biasa.
  • Waktu adalah terpal mengisi takdir, sementara kita adalah kaki yang terus melangkah menemukan pilihan.
  • Sengaja kujatuhkan peluk pada tubuhmu dengan tidak mengunakan jam tangan, agar kita pura-pura lupa waktu saat saling merekatkan dekapan.
  • Tubuhmu adalah tempat meluruhkan segala lelah, sementara pelukku tempatmu mengajarkan semesta perihal kesetiaan.
  • Kadang kuminta engkau menjadi sayup, menyapaku dalam keheningan untuk kita nikmati sebagai ngantuk yang mengada.
  • Kita mulai saja dari saling menjatuhkan, lalu dengan pelukan kita saling mengeratkan, hingga saling mengabadikan dengan kecupan.
  • Duduklah di atas segala rasa, ada rindu yang perlu dipercakapkan dengan dua bibir dan mata yang saling menatap.
  • Jika kelak pelukmu telah lekas, tinggalkanlah sedikit jejak, agar aku bisa bertamu kembali bersama keabadian.
  • Ada lagu yang kau nyanyikan hingga mengabadi di pikiranku, ada pula sajak yang kusembunyikan di sela mengingatmu.
  • Usai mendebat pendapat, kita punya pelukan yang lebih lekat dari sepasang mata yang saling menatap.
  • Lupakan sejenak tentang pertemuan, mari nikmati pelukan jarak jauh dengan saling mendoa.
  • Dan kau kelak akan menemukan pelukan yang lebih lekat dari pelukan pada umumnya.
  • Tak perlu belati untuk menandai pagi, cukup dengan kopi yang berkali-kali engkau seduh dengan hati.
  • Datanglah sebuah pelukan dari muasal segala harapan, lekatlah dalam dekapan untuk ketenangan yang akan mendiam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar